
Photo by Andrea Piacquadio on Pexels.com
Melihat beberapa perubahan yang terjadi di dunia dewasa ini, mayoritas pikiran kita berada dalam ketakutan. Pertanyaannya adalah, apakah sudah selayaknya kita takut? Atau justru kita harus mempunyai pemikiran yang berkembang? Sebagaimana kutipan Bapak Erick Thohir, dalam kondisi seperti ini kita justru harus beradaptasi, agile dan terus mengembangkan kemampuan pemikiran kita.
Akan ada banyak tantangan dan disrupsi di masa depan sehingga kita semua perlu belajar untuk lebih agile dan beradaptasi untuk memastikan pertumbuhan bisnis dan ekonomi Indonesia dan relevansi kita ke depan.
Erick Thohir
Hal tersebut disampaikan dalam kesempatan menjadi head mentor dalam program Indonesia Digital Tribe. Dalam kesempatan tersebut, Bapak Erick Thohir selaku Menteri BUMN di era Bapak Presiden Joko Widodo pun menyampaikan bahwa dalam menghadapi perubahan, kunci terpentingnya adalah positif thinking. Jangan sampai di dunia yang penuh ketidakpastian saat ini, kita justru terbelenggu dan hanya berpangku tangan dengan nasib, tidak melakukan apa-apa, dan justru menjadi titik kehancuran kita. Sebaliknya, ketika ada tantangan yang merubah segala kehidupan, kita justru perlu super hero baru, pendobrak, dan penggerak. Merubah tidak hanya dalam bersosial saja, tapi termasuk pada pola pikir yang harus menjadi sebuah minset baru.
Memang benar bahwa era disrupsi digital saat ini telah merubah kehidupan kita. Namun demikian, era digital juga memberikan dampak positif. Terdapat jenis pekerjaan yang hilang, namun terdapat pula jenis pekerjaan yang tumbuh. Terdapat jenis usaha yang hilang, disisi lain terdapat jenis usaha yang tumbuh.
Baca Juga: Cara Mengontrol Sikap Defensif
Di era digital saat ini, terjadi percepatan dan opportunity yang luar biasa. Di perusahaan penerbangan, untuk mendapatkan 50 juta membership, sebelumnya memerlukan waktu belasan tahun, namun dengan start up, hal tersebut bisa dilakukan hanya dalam kurun 2 tahun saja. Di industry kesehatan, research yang sebelumnya memerlukan waktu 8-10 tahun, sekarang dengan teknologi baru, research bisa dilakukan dalam kurun 3 tahun saja, bahkan ketika terjadi pandemi, terjadi percepatan dalam memproduksi vaksin. Ketika ada negara yang tertekan karena komoditas batubara tinggi, muncul penemuan yang mengubah batubara bisa digasifikasi sebagai pengganti LPG. Penemuan-penemuan menjadi inovasi baru sehingga mampu menyeimbangkan kehidupan. Manusia ditantang bagaimana kemampuan dan pikirannya tidak terjebak dalam status quo.
Kita harus mengembangkan adaptasi, belajar, dan berfikir, sehingga menjadi bagian penting dalam menghadapi perubahan. Jangan sampai kita terjebak dengan berpuas diri dan merasa paling pintar, paling mengerti, cenderung stagnan, tidak mau mengembangkan diri, serta tidak mau mendengarkan pendapat orang lain. Padahal, kritik bersifat membangun dan membuat kita semakin terbuka. Selanjutnya, pantang menyerah juga menjadi permasalahan sehingga kita tidak mau melakukan adaptasi.
Tantangan baru bukan untuk dihindari. Ketika ada masalah, jangan sampai kita hanya debat kusir tanpa solusi. Atau justru menghindar ketika ada tantangan dan tidak mau diselesaikannya. Padahal di era digital saat ini, semuanya terbuka dan bisa terjadi. Oleh karena itu, kita harus membuka wawasan, serta menerima kritik dan saran. Karena kritik dan saran justru merupakan area perbaikan yang bisa kita lakukan secara terus menerus. Masukan manis adalah sebuah racun. Tetapi kritik adalah obat supaya kita aware dan menjadi bagian dari inspeksi diri.
Selalu ada hal positif dalam segala kondisi yang kita hadapi. Oleh karena itu, mari kita terus positif thinking dalam mengembangkan mindset menghadapi perubahan.
Sumber: indonesiadigitaltribe.id
Baca juga: Terima kasih
Satu pendapat untuk “Growth Mindset : Positif Thinking”