Orang Ini Emosi Melihat Uang

IMG_20161023_155119[1]

Kenapa kita harus menghasilkan uang?

Secara spontan, orang akan menjawab supaya menjadi kaya raya, supaya status sosial bisa berubah, supaya orang lain kagum, supaya bisa untuk liburan berkeliling dunia, dan lain sebagainya. Sebagian besar jawaban orang akan terlihat sebagai ungkapan emosional. Jawaban-jawaban tersebut berhubungan dengan keinginan, pengakuan sampai dengan kepuasan.

Orang Kaya Baru

Akan menjadi pertanyaan mengapa restoran-restotan mahal di Indonesia selalu dipadati pengunjung. Akan menjadi pertanyaan mengapa mobil baru (apalagi murah) selalu ada pembelinya. Akan menjadi pertanyaan mengapa smart phone terbaru selalu habis terjual. Tidak tanggung-tanggung, orang selalu mencoba segala sesuatu yang dianggap “wah” untuk lingkungan tertentu. Sayangnya, pada saat seseorang belum mampu mencapai level tersebut, seringnya hasrat mereka tidak mampu terbendung lagi. Dimana, orang akan berusaha supaya terlihat oleh orang lain bahwa mereka sudah mencapai status sebagai orang yang “wah” tersebut. Banyak aktivitas yang dilakukan adalah supaya status sosial terlihat sudah berubah. Padahal apa yang terjadi? Mereka adalah golongan orang kaya baru yang hanya ingin diakui oleh kalangan sosialnya.

Mengesankan Orang Yang Dibenci

Will Roger mempercayai bahwa “terlalu banyak orang menghabiskan uang yang mereka dapatkan untuk membeli hal yang tidak mereka inginkan hanya untuk mengesankan orang yang tidak mereka sukai”. Hal ini sangat aneh sekali. Ketika orang telah memperoleh uang sesuai dengan nilai yang diinginkan, orang akan cenderung membelanjakan uangnya untuk membuktikan kepada orang yang (justru) tidak disukainya bahwa mereka telah bisa melampaui atau sudah tidak seperti apa yang (mungkin) orang lain fikirkan. Segala aktivitas dan barang-barang yang dimiliki adalah untuk membuat orang yang dibenci menjadi terkesan. Unsur emosi sangat kental pada saat orang ini membelanjakan uang untuk memperoleh sesuatu.

Uang adalah Kesuksesan

Selain ingin diakui dalam lingkungan sosial dan mengesankan orang yang dibenci, orang akan lebih cenderung menganggap bahwa dengan banyaknya uang yang dimiliki adalah sebagai indikator kesuksesan seseorang. Orang cenderung menyimpan uang di dalam hati, bukan di kepalanya. Dengan demikian, orang cenderung menganggap bahwa mereka merasa lebih tenag dan tentram ketika berlimpah uang atau mempunyai rekening gendut.

Apa yang terjadi ketika uang yang digandrung-gandrungkan tidak kunjung datang? Orang akan cenderung melakukan apa saja yang penting bisa memiliki uang yang banyak dalam waktu yang singkat. Hasilnya apa? investasi bodong dengan iming-iming hasil cepat dan besar, penipu yang mampu melipatgandakan uang, bahkan orang seolah tidak menggunakan kepalanya terlebih dahulu sebelum membelanjakan di tempat yang mahal. Ketika uang digunakan sebagai tolok ukur kesuksesan, maka banyak efek negatif yang sangat mungkin terjadi. Hal ini dikarenakan orientasi yang ingin dicapai hanya seputar jumlah dari uang yang dimiliki.

Orang pada umumnya akan merasa bahwa mereka telah mencapai sukses dan menganggap bahwa uang mereka (yang digerus inflasi di dalam rekening) merupakan hal yang paling krusial dalam mencapai kesuksesannya.

Berfikir Panjang untuk Berbagi

Dengan tingkat kesuksesan seseorang yang dinilai dari uang, dan ketentraman hati ketika banyak uang, maka ada satu hal yang anehnya secara otomatis bisa terjadi. Orang tersebut akan berfikir panjang untuk berbagi. Berbagi dianggap akan menurunkan kesuksesan seseorang karena nilai uang mereka berkurang. Terlebih lagi, mereka akan merasa was-was ketika akan mengurangi uang mereka untuk berbagi. Dengan berbagi, orang merasa keetenteramannya terusik karena tabungan yang dimiliki harus diberikan kepada orang lain. Emosi melihat uang membuat orang akan cencerung berbuat hal yang negatif.

Letakkan uang di kepala, yuk kelola uang kita lebih bijak dan lebih baik.

Oleh: Khoirul Mampe

3 tanggapan untuk “Orang Ini Emosi Melihat Uang

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: