Aku Tanpamu, Butiran Debu – Perencanaan

IMG_20170111_155510.jpg

Hari ini kami menemukan salah satu postingan teman lama kami yang berisi mengenai potret Beliau pada saat 14 tahun yang lalu. Pada saat itu Beliau masih berada di bangku sekolah menengah. Hal tersebut secara spontan mengingatkan kami kembali mengenai arti pentingnya perencanaan jangka panjang yang telah kami buat sebelumnya. Tanpa menunggu waktu lama, akhirnya kami pun membuka sebuah file lama yang berisi mengenai perencanaan jangka panjang keluarga kami.

Perjalanan Air yang Mengalir

Postingan teman kami tersebut mengingatkan kami sebuah masa ketika kami baru menyadari arti pentingnya menyusun perencanaan jangka panjang keluarga. Terang saja, pada saat kami masih mengenyam dunia pendidikan di bangku sekolah menengah, tidak pernah terbesit sedikitpun untuk membuat perencanaan jangka panjang. Jangankan 25 tahun yang akan mendatang, pada saat kami masih duduk di bangku sekolah menengah, yang terfikir saat itu adalah menikmati dunia yang tidak akan terulang kembali. Menikmati detik demi detik, hari demi hari, menunggu hari jumat untuk bermain PS, menunggu malam minggu buat ngapelin gebetan, dan lain sebagainya.

Perencanaan pada saat itu hanyalah sebuah angan-angan tidak tertulis (apalagi disusun secara komprehensif) dan tentunya tidak terfikirkan bagaimana mencapai angan-angan tersebut. Bahkan lebih parahnya lagi, kosakata perencanaan di otak kami waktu itu pun hampir dibilang tidak ada. Ketika terbesit sedikit mengenai angan-angan yang cukup sulit dicapai, ada kalimat sakti yang membuat pemikiran kami loyo lagi, yaitu “hidup itu seperti air, biarkan mengalir begitu saja”.

Pada waktu itu (sampai saat ini) otak kami terus berfikir, mengapa hidup harus seperti air yang mengalir. Padahal sifat air adalah mengalir dari tempat yang tinggi menuju ke tempat yang lebih rendah (turun dari atas ke bawah). Bagaimana cara menjaga agar air tersebut tidak selalu turun, tetapi dapat bergerak kemanapun kami inginkan.

Dibutuhkan usaha lebih agar air tidak mengalir ke bawah atau ke tempat yang tidak diinginkan. Apabila air ingin naik ke atas, maka air tersebut harus dipanaskan terlebih dahulu. Apabila ingin berhenti mengalir, air tersebut dapat dibekukan. Kalaupun harus mengalir ke bawah, jangan sampai air tersebut mengalir ke tempat yang kotor dan tidak diinginkan.

Apabila tidak menginginkan air mengalir ke “comberan”, diperlukan usaha lebih supaya bisa (setidaknya) memastikan bahwa jalan yang akan dilalui air tersebut tidak menuju ke “comberan”. Pun demikian, apabila menginginkan air tersebut mengalir ke tempat air yang bening, juga diperlukan usaha lebih supaya jalan yang akan dilalui air tersebut bisa lebih lancar tanpa ada kendala satu apapun. Bahkan apabila mampu, dapat mencari jalan tercepat untuk menuju tempat yang diinginkan tersebut.

Pada saat kami bisa (minimal) melihat tujuan akhir dari air tersebut, kami bisa berupaya untuk mencari jalan tercepat, terlancar, termudah, terbaik, dan termurah untuk menuju ke tujuan yang diinginkan.

Perencanaan jangka panjang dapat dibaratkan sebagai tujuan akhir perjalanan air yang mengalir. Lebih hebatnya, dengan melakukan perencanaan jangka panjang, kami bisa memilih destinasi/kondisi seperti apa yang kami inginkan di akhir perjalanan air yang mengalir tersebut.

Saluran Irigasi dan Bendungan yang Baik

Setelah mengetahui dimana/bagaimana kondisi tujuan akhir perjalanan air yang mengalir, kami pun menyusun peta (strategi) yang berisi jalan mana yang akan ditempuh, dengan beberapa jalur alternatif yang bisa dilalui apabila ada kendala di dalam perjalanan air tersebut. Sekiranya bisa dan mampu, kami tidak ragu-ragu untuk membuat saluran irigasi (jalan tol) untuk mempercepat sampainya air tersebut ke lokasi yang diinginkan, atau membuat bendungan supaya menyimpan tenaga dan memberikan manfaat kepada makhluk hidup di sekitar bendungan tersebut.

Saluran irigasi yang baik diharapkan dapat menarik garis lurus dari posisi saat ini ke tempat tujuan (baik tujuan akhir atau tujuan sementara). Saluran irigasi ini memberikan akses tercepat, terlancar, termudah, meskipun belum tentu terbaik dan tentunya tidak murah. Sementara itu, bendungan digunakan untuk menampung kekuatan sementara untuk bisa menghasilkan aliran yang lebih deras untuk menuju tujuan akhir nantinya.

Saluran irigasi dapat mencerminkan jalur apa, jalur mana yang akan dilalui air. Semakin lancar jalur air, maka semakin cepat air dapat sampai tujuan yang diinginkan.

Waktu Tempuh Air

Dengan mengetahui jalur mana saja yang akan dilalui, mengetahui hambatan-hambatan yang mungkin akan diterjang air, kita bisa memprediksi kapan air tersebut bisa mencapai tujuannya. Apabila berdasarkan hasil perhitungan diperkirakan bahwa waktu tempuh air tersebut tidak sesuai dengan harapan, maka diperlukan langkah-langkah percepatan supaya air dapat mengalir lebih deras/lebih cepat. Bahkan apabila memang jalur air tidak mungkin bisa dilalui, air bisa diangkut menggunakan kendaraan, atau dengan cara lainnya.

Waktu tempuh air harus ditetapkan sejak awal. Hal ini dilakukan untuk memastikan air tiba pada saat yang tepat sehingga memberikan manfaat yang sesuai dengan harapan pengguna air. Keterlambatan datangnya air dapat berpengaruh terhadap para pengguna air di tempat tujuan, dan terganggunya ekosistem.

Indikator Debet Air

Di beberapa bendungan atau pintu air, terdapat indikator debet air untuk mengetahui volume air. Indikator ini digunakan untuk mengetahui volume air, ketinggian air dan kapan air harus dikurangi atau ditahan.

Diperlukan indikator untuk megetahui apakah suatu tujuan telah tercapai atau belum. Bagaimana progress (persentase) pencapaian tujuan yang diinginkan sehingga dapat dilakukan langkah perbaikan untuk mengantisipasi ketidakpastian masa yang akan datang.

Pertanyaan dalam Penyusunan Perencanaan

Setelah memiliki perencanaan jangka panjang, kami bisa memastikan bahwa apa yang kami lakukan saat ini telah sesuai dengan tujuan akhir yang diharapkan. Dengan demikian kami bisa menikmati proses saat ini, karena apa yang kami lakukan saat ini telah sesuai yang semestinya kami lakukan. Seni dari pelaksanaan atas perencanaan yang disusun adalah menentukan pilihan (melakukan hal kecil) saat ini yang akan mempengaruhi masa depan (hal besar).

Untuk mempermudah dalam menyusun perencanaan, kami menggunakan bantuan berupa pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

  1. Bagaimana kondisi yang diharapkan?
  2. Bagaimana kondisi saat ini?
  3. Langkah apa yang bisa dilakukan untuk menuju kondisi saat ini ke kondisi yang diharapkan?
  4. Bagaimana capaian langkah yang telah ditetapkan untuk mencapai kondisi yang diinginkan?

Jangan sampai 14 tahun mendatang, kami melihat sosok kami saat ini sama dengan kami melihat sosok kami 14 tahun yang lalu. Langkah kecil yang dilakukan saat ini akan menentukan kondisi masa depan. Aku tanpamu (perencanaan), adalah butiran debu (tak tahu jalan pulang).

Oleh: Khoirul Mampe

7 tanggapan untuk “Aku Tanpamu, Butiran Debu – Perencanaan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: