Di era yang serba mahal saat ini, penghasilan keluarga setiap bulan yang diterima seakan selalu kurang dan tidak mencukupi seluruh kebutuhan hidup keluarga. Mulai dari kebutuhan pokok yang wajib, sampai dengan kebutuhan tersier yang menunjukkan eksistensi keluarga dibandingkan dengan keluarga yang lainnya.
Pada saat usia seseorang mulai masuk ke dunia kerja (telah melewati fase pendidikan), orang tersebut mulai melihat darimana datangnya uang dan bagaimana keluarnya uang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Sementara itu, selama pendidikan yang dikenyamnya orang tersebut hampir dibilang minim dengan pendidikan mengelola uang (mulai cara mencari dan membelanjakannya). Ilmu yang digunakan adalah ilmu bagaimana mempunyai keahlian tertentu (bukan keahlian uang) untuk memperoleh uang yang bisa digunakan untuk memenuhi hasratnya.
Lokasi Foto : Derawan
Setelah fase pertama bekerja selepas lulus pendidikan, orang akan menghabiskan waktunya untuk “bekerja keras” membanting tulang supaya bisa memperoleh imbalan berupa “uang”. Orang cenderung melakukan aktivitas harian tanpa memikirkan kondisi apa yang akan dialaminya dalam kurun waktu 5 tahun, 10 tahun, bahkan 25 tahun yang akan datang. Tanpa disadari, orang tersebut pun mulai berfikir untuk membangun keluarga dengan menikah dengan orang yang cocok dengannya.
Betapa bahagia dan seolah dunia adalah milik pasangan muda tersebut, mereka bersuka hati dan kebutuhannya semakin besar dengan gaya hidup yang meningkat dan kebutuhan rumah tangga yang tidak murah. Mulai membangun/membeli rumah, membeli kendaraan dan eksis dengan perkumpulannya supaya bisa update status sosialnya.
Tanpa disadari, satu sampai dua tahun setelah pernikahan pasangan tersebut dikaruniai anak yang sangat dicintainya. Saking cintanya pasangan tersebut kepada anaknya, mereka selalu berusaha memenuhi keinginan anaknya dan berusaha menjadi orang tua yang baik (sesuai dengan standar orang tua versi mereka). Begitulah awal dari sebuah kebutuhan yang semakin meningkat. Bahkan beberapa orang sangat hawatir dengan kondidi ekonominya dengan membatasi jumlah anaknya.
Seiring berjalannya waktu, keluarga tersebut mulai merasakan kekurangan uang dan baru berfikir bagaimana cara memperoleh uang secara instan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Setiap ada tawaran investasi yang menggiurkan, mereka tidak akan tinggal diam terlalu lama (bahkan banyak yang tidak masuk akal).
Lokasi Foto : Derawan
Tidak ada yang salah dengan segala kondisi yang tersebut di atas, selama tidak ada hal yang dirisaukan dan pasrah dengan hal yang dialami. Hal tersebut juga tidak berlaku untuk orang-orang yang merasa cukup dengan kondisi ekonomi yang dirasakannya.
Untuk meminimalisir ketidakpastian hidup, maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melakukan perencanaan, baik melakukan perencanaan strategis, perencanaan tujuan hidup, sampai dengan perencanaan keuangan keluarga. Dengan melakukan perencanaan, minimal kita akan mengurangi ketidakpastian kehidupan dan memastikan bahwa kita telah berjalan pada jalan yang tepat untuk menuju tujuan yang kita inginkan.
Tujuan kehidupan orang akan terlihat dengan adanya indikator pencapaian yang spesifik, dapat diukur, realistis, dan dapat dicapai dalam jangka waktu tertentu. Dengan demikian tujuan yang ingin dicapai seseorang tersebut akan lebih mudah dilakukan evaluasi. Seseorang tersebut dapat lebih fokus hanya dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang telah ditetapkan, namun secara otomatis akan mencapai tujuannya. Begitulah.
Untuk memenuhi semua yang dibutuhkan dan diinginkan, orang akan memikirkan darimana mereka bisa memperoleh pendanaannya. Untuk itu, semua orang terlihat berlomba-lomba memperbesar pendapatan untuk memenuhi pengeluarannya. Namun jarang sekali orang berfikir untuk melakukan peningkatan kualitas pengeluaran.
Orang pada umunya menerima penghasilan untuk memenuhi pengeluaran keluarga terlebih dahulu dan sisanya akan disimpan dalam jangka waktu lama. Demikianlah secara terus menerus dilakukan sampai pada suatu titik dimana orang tersebut menyadari bahwa simpanananya ternyata tidak bisa mencukupi untuk memenuhi kebutuhannya di masa tuanya nanti.
Untuk mengantisipasi semua hal tersebut, orang dapat mengelola keuangan keluarga. Kualitas pengeluaran keluarga akan mempengaruhi ekonomi orang dalam jangka waktu tertentu. Orang yang sadar keuangan keluarga akan memikirkan bagaimana cara mengelola pengeluaran dengan baik. Dengan mengelompokkan pengeluaran, orang akan lebih mudah untuk mengawasi pengeluarannya.
Lokasi Foto : Derawan
Secara praktis, beberapa literatur telah menyampaikan beberapa konsep pengeluaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pengeluaran keluarga (Contoh: CEPIL; Habiskan Saja Gajimu; dll.). Salah satu konsep yang bisa digunakan untuk mengelompokkan pengeluaran, orang dapat menggunakan konsep pengeluaran sebagai berikut:
“Penghasilan = Pohon Sedekah + Pengeluaran + Simpanan”
Pohon Sedekah
Hampir semua agama mewajibkan umat menyisihkan sebagian hartanya untuk diberikan kepada orang lain. Dari sekian banyaknya manfaat sedekah, salah satunya adalah dapat melipatgandakan uang yang dikeluarkannya. Kalau mau melipatgandakan uang, yuk sedekah. Maksud dari pohon sedekah dalam hal ini adalah setiap penghasilan yang diperoleh digunakan untuk membuat bisnis dan setiap hasil bisnis yang diterima digunakan untuk bersedekah. Orang membuat bisnis yang dijalankan oleh orang lain, dan dari hasil tersebut wajib digunakan untuk sedekah. Semakin banyak pohon sedekah, maka semakin banyak pula sedekah yang digelontorkan. Semakin banyak sedekah yang digelontorkan, semakin banyak penghasilan yang diterima. Semakin banyak penghasilan yang diterima, semakin banyak pohon sedekah yang bisa dibuat. Dan seterusnya.
Pengeluaran
Pengeluaran disini merupakan akibat dari implementasi aktivitas sehari-hari untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil efisiensi pelaskanaan aktivitas harian dapat digunakan untuk simpanan.
Simpanan
Simpanan disini merupakan hasil efisiensi atas pengeluaran harian yang terakumulasi dalam periode tertentu. Simpanan disini dapat berkembang dengan mengalokasikannya kepada aset yang berkembang, diantaranya adalah emas dan tanah. Simpanan disini biasanya pada akhirnya akan berubah harta warisan.
Nilai/besaran alokasi pohon sedekah, pengeluaran dan simpanan tidak mengikat. Besaran presentase nya pun tidak harus sama antara satu orang dengan orang lainnya. Yang dibutuhkan dalam perencanaan keuangan keluarga disini adalah konsitensi implementasi perencanaan yang telah disusun sebelumnya.
Lokasi Foto : Derawan
Semoga bermanfaat.
Oleh: Khoirul Mampe
Di beberapa buku yang saya pelajari, kita diminta untuk melakukan investasi. Kenapa disini tidak ada investasi dalam rumus penggunaan penghasilan ?
SukaSuka